Toalean River Squad : Menyelaraskan Petualangan dan Pendidikan untuk Pelestarian Lingkungan melalui aksi Explorasi Sungai

Maros, 27–29 Januari 2024 – Selama tiga hari, Sungai Maros menjadi saksi perjalanan eksplorasi sejauh 34 kilometer oleh Toalean River Squad (TRS), sebuah inisiatif dari Yayasan Bumi Toala Indonesia (YBTI). Dengan latar semangat pelestarian dan pendidikan lingkungan, kegiatan ini menggabungkan penelusuran alam dengan upaya membangun kesadaran tentang pentingnya menjaga ekosistem sungai. Perjalanan yang dimulai dari Bendungan Lekopancing hingga Kampung Salarang ini menjadi langkah awal pembentukan “Sekolah Sungai”, sebuah wadah edukasi berbasis komunitas untuk menginspirasi generasi muda dalam konservasi lingkungan.
Foto bersama TIM sungai 1 jam sebelum mencapai muara sungai DAS Maros

Maros, 27–29 Januari 2024 – Selama tiga hari, Sungai Maros menjadi saksi perjalanan eksplorasi sejauh 34 kilometer oleh Toalean River Squad (TRS), sebuah inisiatif dari Yayasan Bumi Toala Indonesia (YBTI). Dengan latar semangat pelestarian dan pendidikan lingkungan, kegiatan ini menggabungkan penelusuran alam dengan upaya membangun kesadaran tentang pentingnya menjaga ekosistem sungai. Perjalanan yang dimulai dari Bendungan Lekopancing hingga Kampung Salarang ini menjadi langkah awal pembentukan “Sekolah Sungai”, sebuah wadah edukasi berbasis komunitas untuk menginspirasi generasi muda dalam konservasi lingkungan.

“Eksplorasi ini bukan sekadar petualangan. Sungai adalah cermin lingkungan kita. Ketika sungai sehat, lingkungan dan kehidupan manusia juga akan lebih baik,” ungkap Fardi Ali Syahdar, Direktur YBTI, saat briefing sebelum perjalanan.

Kegiatan ini melibatkan 12 peserta dari berbagai organisasi, termasuk Ormas OI (Orang Indonesia), Youth Forum Geopark Maros Pangkep, KPE Bantimurung, dan Komunitas Sahabat Alam. Tim dibagi menjadi dua kelompok: Tim Sungai, yang melakukan penelusuran langsung dengan kano, dan Tim Darat, yang bertugas mendokumentasikan perjalanan menggunakan drone dan mendukung logistik.

Pada Kegiatan ini, TIM TRS juga melengkapi diri dengan atribut kampanye untuk meluaskan pesan penyelamatan lingkungan dan ekosistem Sungai

Memulai Perjalanan: Tantangan dari Hulu ke Hilir

Eksplorasi dimulai dari Bendungan Lekopancing, di mana kondisi awal sungai sudah memberikan tantangan tersendiri. Air yang keruh dan arus deras membuat perjalanan semakin menantang, terutama karena peralatan yang digunakan belum sepenuhnya ideal. “Ini pengalaman pertama kami melewati jeram berbatu dengan perahu kano yang tidak didesain untuk arus deras. Awalnya ada rasa waswas, tapi kami belajar menyesuaikan,” cerita Gimbal, salah satu anggota Tim Sungai.

Tim menghadapi berbagai dinamika alam sepanjang perjalanan. Bagian hulu sungai yang berbatu dan berjeram memaksa tim untuk berhati-hati. Di tengah perjalanan, Sungai Maros berubah menjadi aliran yang lebih tenang dengan panorama tebing karst yang menjulang. Formasi karst ini, yang diperkirakan berusia lebih dari 50 juta tahun, menjadi bukti kekayaan geologi kawasan ini. Fosil kerang laut yang ditemukan di beberapa lokasi juga menunjukkan jejak laut purba yang pernah menguasai wilayah ini.

“Melihat fosil-fosil tersebut menjadi pengalaman yang luar biasa. Ini adalah pengingat bahwa Eksosistem DAS Maros memiliki nilai sejarah dan geologis yang luar biasa, yang perlu dilindungi,” tambah Fardi.


Interaksi dengan Masyarakat dan Temuan Lapangan

Di sepanjang perjalanan, tim mendokumentasikan aktivitas masyarakat yang hidup berdampingan dengan sungai. Memancing, menjala, menangkap burung, dan bertani adalah beberapa aktivitas yang dominan terlihat. Di Kampung Masulangka, anak-anak terlihat bermain di tepi sungai menggunakan alat pancing tradisional. “Interaksi kami dengan warga sangat menyenangkan. Mereka ramah dan terbuka, bahkan ikut membantu saat kami mengalami kendala teknis di sungai,” ujar Bento, salah satu peserta.

Namun, eksplorasi ini juga membuka mata tim terhadap berbagai ancaman yang dihadapi ekosistem sungai. Tambang pasir yang ditemukan di beberapa titik menjadi penyebab utama erosi di tepi sungai. Limbah domestik dan industri, seperti yang terlihat di kawasan Pakere, menjadi tantangan lain yang perlu segera ditangani. “Kami menemukan banyak sampah plastik menumpuk di bawah jembatan. Limbah pabrik ayam potong juga mencemari air dengan bau yang tidak sedap,” ungkap Lotto, anggota tim lainnya.


Membangun Kesadaran Melalui Sekolah Sungai

Eksplorasi ini merupakan langkah awal menuju pembentukan Sekolah Sungai, sebuah program pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian sungai. Program ini dirancang untuk melibatkan pemuda dan masyarakat lokal dalam pengamatan, pengelolaan, dan perlindungan ekosistem sungai.

“Sekolah Sungai akan menjadi platform pembelajaran langsung. Kami ingin generasi muda memahami pentingnya sungai, bukan hanya sebagai sumber air, tetapi juga sebagai penyangga kehidupan dan indikator kesehatan lingkungan,” jelas Mail, koordinator TRS.

Sekolah Sungai akan mencakup berbagai aktivitas, seperti pelatihan pengambilan sampel kualitas air, identifikasi flora dan fauna, serta teknik mitigasi erosi. Selain itu, program ini akan memanfaatkan data eksplorasi untuk mendukung advokasi kebijakan pelestarian sungai.

“Kami ingin sungai ini tetap lestari untuk generasi mendatang. Ini adalah tanggung jawab bersama antara komunitas, pemerintah, dan organisasi lingkungan,” tambah Mail.


Rencana Tindak Lanjut: Melangkah Lebih Jauh untuk Konservasi

TRS merencanakan untuk melakukan eksplorasi serupa setiap tiga bulan di berbagai sungai di Sulawesi Selatan. Hasil eksplorasi ini akan digunakan untuk membangun basis data kondisi sungai, yang dapat menjadi acuan dalam upaya konservasi.

“Kami berharap eksplorasi ini menjadi langkah awal untuk membangun kesadaran kolektif. Sungai adalah warisan bersama yang harus kita jaga dengan serius,” kata Fardi.

Selain itu, TRS berencana mengorganisir kampanye kesadaran publik melalui media sosial, workshop, dan kolaborasi dengan lembaga lokal. Program reboisasi di bantaran sungai dan aksi bersih sungai juga sedang direncanakan untuk mengurangi dampak erosi dan pencemaran.


Menyatukan Petualangan dan Konservasi

Eksplorasi Sungai Maros oleh Toalean River Squad menjadi bukti bahwa perjalanan alam bisa menjadi lebih bermakna ketika digabungkan dengan misi pelestarian lingkungan. Dari temuan fosil purba hingga interaksi dengan masyarakat lokal, perjalanan ini menggambarkan betapa pentingnya peran sungai dalam kehidupan dan sejarah.

“Kami tidak hanya menjelajah, tetapi juga belajar dari sungai. Semoga upaya ini menginspirasi banyak pihak untuk ikut menjaga dan melestarikan sungai, sebagai sumber kehidupan yang tak tergantikan,” tutup Fardi.

Untuk mendukung program Sekolah Sungai atau berpartisipasi dalam eksplorasi berikutnya, kunjungi www.toala.id atau hubungi Yayasan Bumi Toala Indonesia melalui email bumitoalaindonesia@gmail.com.

Berita & Artikel Lainnya