Misi kami:
Melestarikan Ekosistem, Memajukan Peradaban

Yayasan Bumi Toala Indonesia adalah organisasi nirlaba yang berkomitmen untuk melestarikan ekosistem dan memajukan peradaban melalui inisiatif berbasis komunitas, riset kolaboratif, dan pendidikan kontekstual.

Konservasi Ekologi, Pemberdayaan Masyarakat, dan Mitigasi Bencana

Yayasan Bumi Toala Indonesia menjalankan program-program strategis dalam konservasi ekologi dan budaya, pemberdayaan masyarakat, dan mitigasi bencana.

Konservasi Ekologi

Program konservasi ekologi bertujuan untuk melindungi dan memulihkan ekosistem yang terancam.

Pemberdayaan Masyarakat

Program pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan keadilan sosial.

Misi

Menginspirasi perubahan melalui keberlanjutan dan kolaborasi

Yayasan Bumi Toala Indonesia didirikan dengan tujuan untuk melestarikan ekosistem dan memajukan peradaban melalui inisiatif berbasis komunitas, riset kolaboratif, dan pendidikan kontekstual. Kami berkomitmen untuk menciptakan kehidupan yang berkelanjutan dan adil bagi semua spesies.

Dukung Misi Kami dengan Donasi

Bergabunglah dengan kami untuk menciptakan perubahan positif.

Mitra YBTI

Galeri Gambar

Lihat foto-foto dan video kegiatan kami.

Berita dan Artikel Terbaru

Konsultasi Rakyat Mendorong RUU Keadilan Iklim

Pemda Luwu Timur Gelar Geopark Camp: Mendorong Peran Guru untuk Pelestarian Geopark Matano & Sistem Danau Malili

Menghadirkan Warisan Budaya Prasejarah Lewat Teknologi VR

Tim 3D VR Bumi Toala Indonesia bersama Balai Pelestarian Kebudayaan Wil.XIX

Bumi Toala Indonesia Siap Tampil di Pameran The 5th Regional Geoheritage Conference di Makassar

Merayakan Hari Lingkungan Hidup Bersama Komunitas Sahabat Alam

Yayasan Bumi Toala Indonesia: Berkontribusi dalam Penelitian Arkeologi Kolaborasi Internasional

Yayasan Bumi Toala Indonesia (YBTI) telah dipilih untuk berpartisipasi dalam proyek penelitian kolaboratif internasional di bidang arkeologi. Proyek ini, berjudul "Proyek Arkeologi MAPANG 2023: Cerita Awal Manusia di Sulawesi Selatan," akan dipimpin oleh Bapak Marlon N.R. Ririmasse dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Profesor Adam Brumm dari Universitas Griffith Australia. Proyek ini akan fokus pada wilayah Karst Maros-Pangkep, termasuk situs-situs penting seperti Leang Bulu Bettue, Leang-Leang, dan Leang Panninge. Partisipasi YBTI memamerkan keahlian dan kontribusi mereka dalam pelestarian dan penggalian warisan budaya di Indonesia. Temuan dari proyek ini diharapkan akan memperkaya pemahaman kita tentang masa lalu dan berkontribusi pada narasi sejarah awal manusia di Sulawesi Selatan.