Membangun Aksi Kolektif dalam Ruang Kolaborasi

Siang di hari sabtu, langit tampak gelap diikuti hujan yang semakin lama semakin menerjang. Yah, Desember tahun ini menjadi bulan yang dirindukan oleh semua kalangan. Dibulan sebelumnya, beberapa kelompok petani dibagian pesisir sudah bersiap dengan bergotong royong membersihkan saluran pengairan untuk lahan persawahannya, hal ini semakin membuktikan bahwa memang musim hujan akan segera datang. Puncaknya diperkirakan terjadi bulan januari sampai bulan februari mendatang (BMKG,2023)

Foto bersama peserta Bersih Pantai Jaga Laut

Sebuah inisiatif kecil digalakkan oleh Yayasan Bumi Toala Indonesia bersama dengan kelompok/komunitas pegiat lingkungan yang ada di Kabupaten Maros dan Makassar. Kegiatan ini terlaksana atas dukungan dari PT. Pupuk Indonesia melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Hal ini sebagai salah satu bentuk keseriusan BUMN dalam mendukung upaya pelestaian lingkungan dan pengembangan masyarakat.

Rangkaian kegiatan pada hari pertama ini yaitu bedah film dokumenter dan diskusi lingkungan. Pada hari kedua, kegiatan dilanjutkan dengan aksi penanaman mangrove dan aksi bersih pantai.

Aksi bersih pantai menjadi salah satu langkah konkret untuk mengatasi masalah sampah plastik di lingkungan pesisir. Selain berkontribusi langsung dalam mengurangi volume sampah, kegiatan ini juga bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan pantai serta laut.

Penanaman Mangrove oleh perwakilan penggiat lingkungan

Kegiatan ini berlangsung di Pantai Kuri, wilayah administrasi Dusun Kuri Caddi, Desa Nisombalia, Keacamatan Marusu. Pantai Kuri, terbentuk akibat endapan pasir dan singkapan beberapa lapisan batuan yang ada dipinggir pantai. Untuk itu, dari segi keragaman geologi (Geodiversity) lokasi ini dinilai memiliki ciri khas tersendiri dibanding beberapa pantai lainnya yang ada di Sulawesi Selatan.

Awal mula perusakan lingkungan terjadi akibat pelemahan pemahaman terkait arti penting bumi sebagai rumah bersama, hal lainnya berupa serangan akan praktik adat dan budaya tradisional yang dianggap tidak lagi relevan untuk dipertahankan. Akibatnya, masyarakat akan diperhadapkan dengan kondisi pemenuhan kebutuhan rumah tangga yang semakin hari semakin sulit. Celakanya, hal ini tidak diiringi dengan pemahaman yang baik akan pentingnya menjaga lingkungan.

Persoalan lingkungan merupakan pekerjaan rumah bersama. Semua pihak harus mengambil peran dalam memastikan keberlanjutan makhluk hidup disekitarnya. Sebagai contoh, pada posisi pemerintahan misalnya, diharapkan untuk mengeluarkan kebijakan terkait pengelolaan lingkungan sesuai dengan peruntukannya, bukan hanya sebatas untuk mendapatkan tambahan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tetapi juga mempertimbangkan aspek keberlanjutan keanekaragaman hayati dan masyarakat hidup disekitarnya. Namun, hal ini tidak serta merta bisa berjalan dengan baik jika tidak didukung oleh semua pihak. Untuk itu, diperlukan kolaborasi yang baik antar semua kalangan.

Aksi Bersama dalam menjaga lingkungan

Kabupaten Maros dikenal akan ekosistem karstnya, bahkan pada tahun ini bentang alam Karst Maros Pangkep mendapatkan dua (2) Pengakuan internasional dari segi keanekaragaman hayati, keragaman geologi maupun keragaman budaya yang ada.

Terdapat dua (2) Daerah Aliran Sungai (DAS) besar di kabupaten Maros. Pertama, DAS Sangkarra dan kedua DAS Maros. DAS Maros sendiri memiliki luas sekitar 659,78 km² dan panjang sungai utama adalah 69 km. Aliran sungainya melewati beberapa kecamatan dengan muaranya terdapat di kecamatan Maros Baru dan Marusu.

Sampah yang dikumpulkan selama kegiatan bersih pantai

Tantangannya, disepanjang sungai tersebut, masih didapati sampah yang cukup banyak yang berserakan, baik itu yang berasal dari rumah tangga atau mungkin juga berasal dari limbah industry yang ada di bantaran sungai itu.

Akibat hal tersebut, salah satu wilayah yang menanggung akibat dari perbuatan buang sampah sembarangan yaitu pantai kuri. Bisa saja sumbernya tidak semua dari sungai, namun juga berasal dari tempat lain yang entah datangnya dari mana.

Membangun kesadaran bersama mulai dari hulu ke hilir menjadi tanggung jawab kita selaku generasi muda. Generasi yang memegang peran penting dimasa yang akan datang, generasi yang diharapkan untuk membawa perubahan jika belum bisa melakukan perubahan di masyarakat luas setidaknya perubahan itu untuk orang terdekatnya terlebih dahulu.

Sampai saat ini, belum ada model pasti dalam membangun kesadaran bersama utamanya untuk tingkatan masyarakat kita. Namun untuk sementara, berjejaring dan memberi nilai akan apa yang sudah dilakukan masih relevan digunakan sampai beberapa tahun kedepan, entah sampai kapan! Namun, selama masih ada orang yang mengorganisir dirinya melakukan langkah-langkah dalam melakukan perubahan, lambat laun kondisi lingkungan kita bisa lebih baik lagi. (Arif)

Berita & Artikel Lainnya