Peran Aktif Yayasan Bumi Toala Indonesia dalam Mengangkat Pentingnya Nama-Nama Tempat sebagai Warisan Budaya

Nur Ihsan, seorang pengurus dari Yayasan Bumi Toala Indonesia (YBTI), baru-baru ini ikut serta dalam pelatihan internasional yang bergengsi tentang toponimi. Pelatihan tersebut berlangsung dari tanggal 19 hingga 23 Juni 2023 di Bali, Indonesia. Acara pelatihan ini difokuskan pada pentingnya nama-nama tempat sebagai warisan budaya dan diselenggarakan oleh United Nations Group of Experts on Geographical Names (UNGEGN) bekerja sama dengan Badan Informasi Geospasial (BIG).

Pelatihan Internasional tentang Toponimi, yang seharusnya dilaksanakan pada tahun 2019-2022, mengalami penundaan akibat pandemi COVID-19 dan akhirnya dilaksanakan tahun ini. Tujuan acara ini adalah memberikan wawasan yang berharga kepada peserta tentang studi toponimi, yang mempelajari nama-nama tempat dan hubungannya dengan sejarah, budaya, tradisi, dan ingatan kolektif masyarakat.

Partisipasi Nur Ihsan dalam pelatihan tersebut mencerminkan komitmen YBTI dalam mempromosikan pelestarian dan pemahaman terhadap nama-nama geografis sebagai bagian integral dari warisan budaya. Acara ini menyatukan perwakilan dari berbagai negara, termasuk Brunei Darussalam, Arab Saudi, Laos, Malaysia, Oman, Yordania, dan Vietnam, selain Indonesia.

Dalam acara pembukaan, Muh Aris Marfai, Kepala BIG, menyambut semua peserta dan menekankan pentingnya berbagi pengetahuan dan pengalaman terkait pembakuan nama-nama geografis dan signifikansi budayanya. Nor Zetty Akhtar Haji Abdul Hamid, Ketua Divisi Asia South East (ASE) UNGEGN, juga menyatakan keyakinannya bahwa Bali, dengan warisan budayanya yang kaya, merupakan lokasi yang ideal untuk pelatihan ini, karena akan memungkinkan peserta untuk memperdalam pemahaman mereka tentang toponimi.

Program pelatihan berlangsung selama lima hari dan mencakup berbagai topik, termasuk lembaga-lembaga nasional, model, dan prosedur pengelolaan toponimi, warisan budaya Bali, sistem pengumpulan nama-nama tempat, serta pemrosesan dan pengelolaan data geografis. Sesi praktik lapangan memungkinkan peserta untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam pengumpulan dan pemrosesan nama-nama geografis menggunakan aplikasi-aplikasi spasial. Pelatihan juga dilengkapi dengan keterampilan dan pengetahuan dalam pengelolaan basis data spasial, sehingga memastikan pemanfaatan data spasial yang efektif.

Para ahli terkenal seperti Peder Gammeltoft dari Norwegia, Tjeerd Tichelaar dan Jasper Hogerwerf dari Belanda, Cecille Blake yang mewakili Sekretariat UNGEGN, serta ahli lokal Ade Komara Mulyana, Harry Ferdiansyah, dan Ni Komang Aniek Purniti dari Indonesia, hadir untuk membagikan keahlian mereka. Peserta pelatihan diharapkan dapat mengembangkan pemahaman yang komprehensif tentang pentingnya toponimi sebagai warisan budaya dan menerapkan pengetahuan yang mereka peroleh dalam pelestarian budaya, pengembangan pariwisata berkelanjutan, dan proses pengambilan keputusan yang terkait dengan pemetaan dan penamaan tempat. Pemahaman yang lebih baik tentang nama-nama geografis ini diharapkan dapat berkontribusi dalam pelestarian dan pengembangan warisan budaya.

Partisipasi aktif Nur Ihsan dalam Pelatihan Internasional tentang Toponimi menunjukkan dedikasi YBTI dalam mempromosikan pelestarian warisan budaya dan meningkatkan pemahaman akan pentingnya toponimi di Indonesia dan di luar negeri. Acara ini menjadi platform untuk pertukaran pengetahuan, memungkinkan peserta untuk memperkuat keahlian mereka dan menjalin hubungan dengan para profesional di bidang toponimi. Partisipasi YBTI dalam inisiatif pelatihan semacam ini menegaskan komitmen mereka dalam menjaga warisan budaya dan mempromosikan pengelolaan yang bertanggung jawab terhadap nama-nama geografis di Indonesia.

Berita & Artikel Lainnya